Saturday, February 13, 2010

Kaidah dan peraturan terbentuknya Candlestick

.
Setelah mengetahui berbagai macam pola-pola candlestick yang ada, maka dalam mengintepretasikan penggunaan pola-pola candlestick tersebut, anda harus mengikuti kaidah-kaidah dan peraturan penting dari pola terbentuknya candlestick itu sendiri, sehingga menjadi dasar acuan pertimbangan untuk bertransaksi di pasar bursa efek.

Terdapat 3 kaidah yang penting untuk mengidentifikasikan pola-pola candlestick

1. Ukuran

Ukuran besarnya sebuah Candlestick mencerminkan sebuah kegiatan akumulasi ataupun distribusi dari volume sebuah transaksi yang sedang terjadi terhadap nilai dari pasar.

Jika terjadi pertambahan ukuran sebuah batangan candle, maka hal tersebut dapat diartikan sedang terjadi transaksi pembelian dan akumulasi dari suatu nilai pasar.

Namun sebaliknya, jika terjadi pengurangan ukuran sebuah batangan candle, maka hal tersebut dapat diartikan sedang terjadi transaksi penjualan dan distribusi dari suatu nilai pasar.

2. Bentuk dan Pola

Bentuk dari sebuah pola candlestick mencerminkan perilaku transaksi yang sedang terjadi di pasar. Bisa jadi merupakan proses pembentukan arah pasar, ataupun memberikan sebuah sinyal butat kita untuk bertransaksi jual ataupun beli di pasar.

3. Posisi

Posisi dari pola candlestick akan menunjukkan panduan bagi kita untuk menentukan kemungkinan untuk bertransaksi.

Misalnya anda dapat menemukan pola hammer berada pada sebuah dasar dari sebuah pola kecenderungan turun, yang mengindikasikan kemungkinan terjadinya pola pembalikan trend/reversal, ataupun dapat ditemukan juga di atas sebuah pola kecenderungan / trend naik yang disebut juga dengan pola hanging man.

Dengan mengetahui kaidah-kaidah terbentuknya candlestick seperti di atas, dapat membantu anda untuk memaksimalkan keuntungan/profit dari transaksi anda di suatu pasar bursa.
.
Setelah mengetahui berbagai macam pola-pola candlestick yang ada, maka dalam mengintepretasikan penggunaan pola-pola candlestick tersebut, anda harus mengikuti kaidah-kaidah dan peraturan penting dari pola terbentuknya candlestick itu sendiri, sehingga menjadi dasar acuan pertimbangan untuk bertransaksi di pasar bursa efek.

Terdapat 3 kaidah yang penting untuk mengidentifikasikan pola-pola candlestick

1. Ukuran

Ukuran besarnya sebuah Candlestick mencerminkan sebuah kegiatan akumulasi ataupun distribusi dari volume sebuah transaksi yang sedang terjadi terhadap nilai dari pasar.

Jika terjadi pertambahan ukuran sebuah batangan candle, maka hal tersebut dapat diartikan sedang terjadi transaksi pembelian dan akumulasi dari suatu nilai pasar.

Namun sebaliknya, jika terjadi pengurangan ukuran sebuah batangan candle, maka hal tersebut dapat diartikan sedang terjadi transaksi penjualan dan distribusi dari suatu nilai pasar.

2. Bentuk dan Pola

Bentuk dari sebuah pola candlestick mencerminkan perilaku transaksi yang sedang terjadi di pasar. Bisa jadi merupakan proses pembentukan arah pasar, ataupun memberikan sebuah sinyal butat kita untuk bertransaksi jual ataupun beli di pasar.

3. Posisi

Posisi dari pola candlestick akan menunjukkan panduan bagi kita untuk menentukan kemungkinan untuk bertransaksi.

Misalnya anda dapat menemukan pola hammer berada pada sebuah dasar dari sebuah pola kecenderungan turun, yang mengindikasikan kemungkinan terjadinya pola pembalikan trend/reversal, ataupun dapat ditemukan juga di atas sebuah pola kecenderungan / trend naik yang disebut juga dengan pola hanging man.

Dengan mengetahui kaidah-kaidah terbentuknya candlestick seperti di atas, dapat membantu anda untuk memaksimalkan keuntungan/profit dari transaksi anda di suatu pasar bursa.

Pola Bearish dengan kehandalan rendah

.







.







Pola Bearish dengan kehandalan menengah

.























.























Pola Pembalikan Trend (Reversal) Bearish











































Friday, February 12, 2010

Pola Bullish dengan kehandalan rendah

















Pola Bullish dengan kehandalan menengah

































































































Pola Pembalikan Trend (Reversal) Bullish

























































Sejarah Candlestick


Adalah Munehisa Homma, seorang pengusaha beras di Jepang pada tahun 1700-an yang paling terkenal dalam memprediksikan pergerakan harga-harga beras pada masanya dan masa yang belum terjadi dengan menggunakan harga-harga yang sudah lalu.

Sebelu, kita membahas lebih lanjut tentang Munehisa Homma, mari kita kembali ke akhir tahun 1500-an hingga pertengahan 1700-an. Pada masa ini Jepang yang berjumlah 60 propinsi dan bersatu menjadi negara dengan jalur perniagaan yang pesat.

Sebelumnya, saat tahun 1500 sampai 1600, Jepang meruapkan negara yang dipenuhi peperangan antara “daimyo” (yang berarti “Tuan Feodal”) yang satu dengan “daimyo” yang lain untuk saling memperebutkan wilayah yang berdekatan. Jaman yang tidak teratur ini disebut sebagai “Jaman Peperangan Negara” atau dikenal dengan “Sengoku Jidai”.

Kemudian hari, pada awal tahun 1600-an, muncul 3 orang Jenderal yang luar biasa yang bernama Nobunaga Oda, Kideyoshi Toyotomi, dan Ieyasu Tokugawa yang berhasil menyatukan Jepang selama 40 tahun kedepan. Prestasi dan usaha yang mereka dapatkan tetap diperingati dalam sejarah dan adat istiadat orang Jepang.

Beberapa orang Jepang mengatakan : “Nobunaga menumbuk padi, Hideyoshi mengaduk adonan, dan Tokugawa yang memakan kuenya”.

Dengan kata lain, ketiga jenderal inilah yang plaing berperand alam menyatukan Jepang. Tetapi Tokugawa, orang terakhir dari jenderal hebat ini kemudian menjadi seorang Shogun. Keluarga Shogun Tokugawa kemudian memerintah negara Jepang dari tahun 1615 sampai 1867. Era ini dikenal dengan “Tokugawa Shogunate”.

Dalam masa kepemimpinannya, strategi kemiliteran yang diterapkannya yang membuat Jepang selama berabad-abad telah menjadi bagian awal dalam terminologi candlestick.

Kemampuan dalam strategi, psikologi, kompetisi, strategi untuk membalikkan keadaan dan keberuntungan menjadi kebutuhan dalam memenangkan peperangan. Jadi tidaklah mengherankan dalam candlestick terdapat istilah “Advancing Three Soldiers Pattern”, “Counter Attack Lines”, dan sebagainya.

Stabilitas relatif dalam sistem feodal pusat Jepang, yang dipimpin oleh Tokugawa menawarkan kesempatan baru. Perekonomian agraris berkembang pesat dan yang terpenting menjadi pengembangan dan kemudahan dalam perdagangan domestik.

Pada abad ke-17, perdagangan nasional lambat laun menggantikan sistem perdagangan pasar lokal yang terisolasi. Konsep perdagangan yang terpusat merupakan cikal bakal dari analisa teknikal di Jepang.

Sebelum tahun 1710, rakyat Jepang melakukan transaksi perdagangan beras dengan cara menukarkan beras dengan beras asli lainnya. Transaksi yang terjadi adalah mereka menawar, meningkatkan penukaran beras dan menentukan harga pasar.

Setelah mengalami perkembangan jaman dan pergeseran cara bertransaksi hingga tahun 1710, perdagangan beras ini kemudian mulai menggunakan tanda terima yang dikenal dengan kupon beras.

Tanda terima beras inilah yang menjadi kontrak pertama antar pedagang yang pertama.

Perdagangan beras saat itu menjadi dasar dari kemakmuran kota Osaka, yang mana terdapat lebih dari 1.300 distributor beras.

Pada saat itu, selain tidka mempunyai nilai mata yang yang standar (saat itu masa peralihan dari mata uang koin menjadi alat tukar lainnya gagal) beras menjadi penukaran defakto menengah.

Jika seorang daimyo yang sedang membutuhkan uang, i9a akan mengirim kelebihan berasnya ke Osaka dan kemudian akan disimpan dalam gudang dengan label namanya, dan kemudian ia akan menerima kupon sebagai tanda terimanya. Ia pun dapat menjual kuponnya setiap saat.

Berhubung karena masalah pajak yang dirasakan oleh para daimyo, mereka pun sering menjual kupon berasnya untuk menghindari pajak pengiriman beras berikutnya dari pemerintah (pajak sebesar 40% - 60% yang harus ditanggung oleh daimyo sesuai dengan panen dan dibayar dalam bentuk beras).

Dengan adanya sistem kupon ini, merupakan solusi yang sangat efektif dijalankan dalam perdagangan.

Kupon beras yang dijual untuk menghindari pajak pengiriman berikutnya inilah yang menjadi “world’s first future contracts”.

Kupon beras biasa disebut sebagai kupon “beras kosong” (dimana beras tidak dimiliki dalam bentuk fisik sesungguhnya).

Dari latar belakang inilah, kemudian muncul seorang yang bernama Munehisa Homma (1724 – 1803).

Homma merupakan seorang anak terbungsu dari seorang saudagar kaya di Jepang. Ia kemudian ditunjuk untuk meneruskan bisnis keluarganya pada tahun 1750. Homma memulai kegiatan berdagang berasnya di perdagangan lokal dekat kota pelabuhan yang bernama Sakata, yang merupakan area pusat untuk mengumpulkan dan mendistribusikan beras.

Dalam istilah candlestick terdapat kata “Sakata’s Rules”, sebutan ini ditujukan kepada Homma atas kepiawaiannya dalam memahami pergerakan pasar. Dari hal tersebut, kemudian Homma juga dikenal sebagai “God of the market”.

Dengan modal pengetahuannya inilah Homma terjun ke dalam transaksi perdagangan beras terbesar di Osaka yaitu di Dojima dan memulai transaksi perdagangan berasnya hingga dia menjadi populer di masa depan.

Kekuasan Homma sangat mempengaruhi harga pasaran beras, ia mengumpulkan laporan cuaca tahunan dan menganalisa transaksi perdagangan beras di Yodoya (perdagangan beras Dojima di Osaka) demi mempelajari psikologi para investor.

Bahkan ia juga menempatkan para pekerjanya di atas dengan bendera untuk mengirim signal perdagangan dari Osaka hingga Sakata.

Dengan ketekunan dan keteladanan Homma, ia berhasil mendominasi perdagangan di Osaka. Setelah itu, Homma mulai mengembangkan sayapnya dengan berdagang di pasar regional Edo (yang sekarang dikenal dengan Tokyo).

Keberuntungannya sangat berlipat ganda, bahkan konon banyak sekali yang mengatakan keuntungan yang didapat oleh Homma pernah mencapai 100 kali berturut-turut.

Nama besar dan kehormatan Homma oleh orang-orang di Edo dituangkan dalam lagu :

“Jika di Sakata bersinar (kota Homma), maka berawan di Dojima (perdagangan beras Dojima di Osaka) dan hujan di Kurumae (perdagangan Kuremae di Edo).”

Dengan kata lain jika terdapat panen beras yang bagus di Sakata, harga beras turun di perdangan beras Dojima dan jatuh di Edo. Lagu ini menceritakan betapa besarnya pengaruh kekuasaan Homma dan strateginya di pasar perdagangan beras.

Untuk kedepannya Homma kemudian menjadi konsultan bagi pemerintah dan diberi gelar samurai. Ia meninggal pada tahun 1803.

Sebelumnya, Homma sempat menulis sebuah buku yang diperkirakan ditulis pada tahun 1700-an oleh Homma (Sakata Senho dan Soba Sano No Den). Buku ini menceritakan tentang prinsipnya berdagang, seperti yang digunakan dalam pasaran beras.

Buku ini sangat mempengaruhi metodologi candlestick di Jepang dan hingga sekarang telah menjadi metode paling populer dalam transaksi bursa saham melalui pendekatan analisa teknikal.

Adalah Munehisa Homma, seorang pengusaha beras di Jepang pada tahun 1700-an yang paling terkenal dalam memprediksikan pergerakan harga-harga beras pada masanya dan masa yang belum terjadi dengan menggunakan harga-harga yang sudah lalu.

Sebelu, kita membahas lebih lanjut tentang Munehisa Homma, mari kita kembali ke akhir tahun 1500-an hingga pertengahan 1700-an. Pada masa ini Jepang yang berjumlah 60 propinsi dan bersatu menjadi negara dengan jalur perniagaan yang pesat.

Sebelumnya, saat tahun 1500 sampai 1600, Jepang meruapkan negara yang dipenuhi peperangan antara “daimyo” (yang berarti “Tuan Feodal”) yang satu dengan “daimyo” yang lain untuk saling memperebutkan wilayah yang berdekatan. Jaman yang tidak teratur ini disebut sebagai “Jaman Peperangan Negara” atau dikenal dengan “Sengoku Jidai”.

Kemudian hari, pada awal tahun 1600-an, muncul 3 orang Jenderal yang luar biasa yang bernama Nobunaga Oda, Kideyoshi Toyotomi, dan Ieyasu Tokugawa yang berhasil menyatukan Jepang selama 40 tahun kedepan. Prestasi dan usaha yang mereka dapatkan tetap diperingati dalam sejarah dan adat istiadat orang Jepang.

Beberapa orang Jepang mengatakan : “Nobunaga menumbuk padi, Hideyoshi mengaduk adonan, dan Tokugawa yang memakan kuenya”.

Dengan kata lain, ketiga jenderal inilah yang plaing berperand alam menyatukan Jepang. Tetapi Tokugawa, orang terakhir dari jenderal hebat ini kemudian menjadi seorang Shogun. Keluarga Shogun Tokugawa kemudian memerintah negara Jepang dari tahun 1615 sampai 1867. Era ini dikenal dengan “Tokugawa Shogunate”.

Dalam masa kepemimpinannya, strategi kemiliteran yang diterapkannya yang membuat Jepang selama berabad-abad telah menjadi bagian awal dalam terminologi candlestick.

Kemampuan dalam strategi, psikologi, kompetisi, strategi untuk membalikkan keadaan dan keberuntungan menjadi kebutuhan dalam memenangkan peperangan. Jadi tidaklah mengherankan dalam candlestick terdapat istilah “Advancing Three Soldiers Pattern”, “Counter Attack Lines”, dan sebagainya.

Stabilitas relatif dalam sistem feodal pusat Jepang, yang dipimpin oleh Tokugawa menawarkan kesempatan baru. Perekonomian agraris berkembang pesat dan yang terpenting menjadi pengembangan dan kemudahan dalam perdagangan domestik.

Pada abad ke-17, perdagangan nasional lambat laun menggantikan sistem perdagangan pasar lokal yang terisolasi. Konsep perdagangan yang terpusat merupakan cikal bakal dari analisa teknikal di Jepang.

Sebelum tahun 1710, rakyat Jepang melakukan transaksi perdagangan beras dengan cara menukarkan beras dengan beras asli lainnya. Transaksi yang terjadi adalah mereka menawar, meningkatkan penukaran beras dan menentukan harga pasar.

Setelah mengalami perkembangan jaman dan pergeseran cara bertransaksi hingga tahun 1710, perdagangan beras ini kemudian mulai menggunakan tanda terima yang dikenal dengan kupon beras.

Tanda terima beras inilah yang menjadi kontrak pertama antar pedagang yang pertama.

Perdagangan beras saat itu menjadi dasar dari kemakmuran kota Osaka, yang mana terdapat lebih dari 1.300 distributor beras.

Pada saat itu, selain tidka mempunyai nilai mata yang yang standar (saat itu masa peralihan dari mata uang koin menjadi alat tukar lainnya gagal) beras menjadi penukaran defakto menengah.

Jika seorang daimyo yang sedang membutuhkan uang, i9a akan mengirim kelebihan berasnya ke Osaka dan kemudian akan disimpan dalam gudang dengan label namanya, dan kemudian ia akan menerima kupon sebagai tanda terimanya. Ia pun dapat menjual kuponnya setiap saat.

Berhubung karena masalah pajak yang dirasakan oleh para daimyo, mereka pun sering menjual kupon berasnya untuk menghindari pajak pengiriman beras berikutnya dari pemerintah (pajak sebesar 40% - 60% yang harus ditanggung oleh daimyo sesuai dengan panen dan dibayar dalam bentuk beras).

Dengan adanya sistem kupon ini, merupakan solusi yang sangat efektif dijalankan dalam perdagangan.

Kupon beras yang dijual untuk menghindari pajak pengiriman berikutnya inilah yang menjadi “world’s first future contracts”.

Kupon beras biasa disebut sebagai kupon “beras kosong” (dimana beras tidak dimiliki dalam bentuk fisik sesungguhnya).

Dari latar belakang inilah, kemudian muncul seorang yang bernama Munehisa Homma (1724 – 1803).

Homma merupakan seorang anak terbungsu dari seorang saudagar kaya di Jepang. Ia kemudian ditunjuk untuk meneruskan bisnis keluarganya pada tahun 1750. Homma memulai kegiatan berdagang berasnya di perdagangan lokal dekat kota pelabuhan yang bernama Sakata, yang merupakan area pusat untuk mengumpulkan dan mendistribusikan beras.

Dalam istilah candlestick terdapat kata “Sakata’s Rules”, sebutan ini ditujukan kepada Homma atas kepiawaiannya dalam memahami pergerakan pasar. Dari hal tersebut, kemudian Homma juga dikenal sebagai “God of the market”.

Dengan modal pengetahuannya inilah Homma terjun ke dalam transaksi perdagangan beras terbesar di Osaka yaitu di Dojima dan memulai transaksi perdagangan berasnya hingga dia menjadi populer di masa depan.

Kekuasan Homma sangat mempengaruhi harga pasaran beras, ia mengumpulkan laporan cuaca tahunan dan menganalisa transaksi perdagangan beras di Yodoya (perdagangan beras Dojima di Osaka) demi mempelajari psikologi para investor.

Bahkan ia juga menempatkan para pekerjanya di atas dengan bendera untuk mengirim signal perdagangan dari Osaka hingga Sakata.

Dengan ketekunan dan keteladanan Homma, ia berhasil mendominasi perdagangan di Osaka. Setelah itu, Homma mulai mengembangkan sayapnya dengan berdagang di pasar regional Edo (yang sekarang dikenal dengan Tokyo).

Keberuntungannya sangat berlipat ganda, bahkan konon banyak sekali yang mengatakan keuntungan yang didapat oleh Homma pernah mencapai 100 kali berturut-turut.

Nama besar dan kehormatan Homma oleh orang-orang di Edo dituangkan dalam lagu :

“Jika di Sakata bersinar (kota Homma), maka berawan di Dojima (perdagangan beras Dojima di Osaka) dan hujan di Kurumae (perdagangan Kuremae di Edo).”

Dengan kata lain jika terdapat panen beras yang bagus di Sakata, harga beras turun di perdangan beras Dojima dan jatuh di Edo. Lagu ini menceritakan betapa besarnya pengaruh kekuasaan Homma dan strateginya di pasar perdagangan beras.

Untuk kedepannya Homma kemudian menjadi konsultan bagi pemerintah dan diberi gelar samurai. Ia meninggal pada tahun 1803.

Sebelumnya, Homma sempat menulis sebuah buku yang diperkirakan ditulis pada tahun 1700-an oleh Homma (Sakata Senho dan Soba Sano No Den). Buku ini menceritakan tentang prinsipnya berdagang, seperti yang digunakan dalam pasaran beras.

Buku ini sangat mempengaruhi metodologi candlestick di Jepang dan hingga sekarang telah menjadi metode paling populer dalam transaksi bursa saham melalui pendekatan analisa teknikal.

Gravestone Doji


Graverstone doji terbentuk jika nilai harga pembukaan, nilai harga terendah dan penutupannya adalah sama, sementara nilai harga tertingginya membentuk ekor yang panjang di atas.

Bentuk dari candlestick-nya berbentuk huruf “T” terbalik dengan ekor atas yang panjang tanpa ekor dibawah. Traverstone doji mengindikasikan bahwa trader pembeli mendominasi pada saat awal sesi trading dan menaikkan harga pada sepanjang sesi. Namun pada akhir sesi, trader penjual mulai bergerak dan membawa harga kembali pada level pembukaan dan sesi terendah.

Seperti dragonfly doji dan candlestick lainnya, implikasi pembalikan gravestone doji didasarkan pada harga sebelumnya dankonfirmasi yang akan datang.

Walaupun ekor atas yang panjang mengindikasikan rally yang gagal, pergerakan harian yang tinggi menunjukkan adanya hasrat untuk membeli.

Setelah down trend yang berlangsung lama membentuk candlestick yang hitam dan panjang, tiba-tiba nilai harga berbalik menjadi rally yang gagal dan bearish reversal (pembalikan ke bawah) yang potensial.

Untuk menentukan situasi bearish atau bullish diperlukan konfirmasi lebih lanjut. Sebelum berlanjut ke pola candlestick tunggal dan multiple.

Graverstone doji terbentuk jika nilai harga pembukaan, nilai harga terendah dan penutupannya adalah sama, sementara nilai harga tertingginya membentuk ekor yang panjang di atas.

Bentuk dari candlestick-nya berbentuk huruf “T” terbalik dengan ekor atas yang panjang tanpa ekor dibawah. Traverstone doji mengindikasikan bahwa trader pembeli mendominasi pada saat awal sesi trading dan menaikkan harga pada sepanjang sesi. Namun pada akhir sesi, trader penjual mulai bergerak dan membawa harga kembali pada level pembukaan dan sesi terendah.

Seperti dragonfly doji dan candlestick lainnya, implikasi pembalikan gravestone doji didasarkan pada harga sebelumnya dankonfirmasi yang akan datang.

Walaupun ekor atas yang panjang mengindikasikan rally yang gagal, pergerakan harian yang tinggi menunjukkan adanya hasrat untuk membeli.

Setelah down trend yang berlangsung lama membentuk candlestick yang hitam dan panjang, tiba-tiba nilai harga berbalik menjadi rally yang gagal dan bearish reversal (pembalikan ke bawah) yang potensial.

Untuk menentukan situasi bearish atau bullish diperlukan konfirmasi lebih lanjut. Sebelum berlanjut ke pola candlestick tunggal dan multiple.

Dragonfly Doji


Dragonfly doji terbentuk jika nilai harga pembukaan, nilai harga tertinggi, dan nilai harga penutupan sebuah saham adalah sama, sementara nilai harga terendahnya membentuk ekor yang panjang dibawah.

Bentuk dari candlestick-nya berbentuk huruf “T” dengan ekor bawah yang panjang tanpa ekor di atas. Dragonfly doji mengindikasikan bahwa trader penjual mendominasi pada awal sesi trading dan membawa nilai harga turun pada sepanjang sesi.

Namun pada akhir sesi trader pembeli mulai bergerak dan mendorong nilai harga kembali ke harga pembukaan dan sesi tertinggi. Ekor bawah yang panjang menunjukkan bahwa adanya hasrat membeli yang besar.

Jika pada down trend setelah penurunan yang berlangsung lama dan membentuk candlestick hitam dan panjang, terbentuknya pola dragonfly doji dapat memberikan sinyal awal akan adanya bullish reversal (pembalikan keatas).

Sebaliknya setelah up trend yang berlangsung lama membentuk candlestick putih dan panjang, terbentuknya dragonfly doji dapat memberikan sinyal awal akan adanya bearish reversal (pembalikan ke bawah).

Ingat !!, untuk menentukan situasi bearish atau bullish memerlukan konfirmasi lebih lanjut sesudah pola dragonfly doji terbentuk.



Pola Dragonfly Doji



Pola Gravestone Doji

Dragonfly doji terbentuk jika nilai harga pembukaan, nilai harga tertinggi, dan nilai harga penutupan sebuah saham adalah sama, sementara nilai harga terendahnya membentuk ekor yang panjang dibawah.

Bentuk dari candlestick-nya berbentuk huruf “T” dengan ekor bawah yang panjang tanpa ekor di atas. Dragonfly doji mengindikasikan bahwa trader penjual mendominasi pada awal sesi trading dan membawa nilai harga turun pada sepanjang sesi.

Namun pada akhir sesi trader pembeli mulai bergerak dan mendorong nilai harga kembali ke harga pembukaan dan sesi tertinggi. Ekor bawah yang panjang menunjukkan bahwa adanya hasrat membeli yang besar.

Jika pada down trend setelah penurunan yang berlangsung lama dan membentuk candlestick hitam dan panjang, terbentuknya pola dragonfly doji dapat memberikan sinyal awal akan adanya bullish reversal (pembalikan keatas).

Sebaliknya setelah up trend yang berlangsung lama membentuk candlestick putih dan panjang, terbentuknya dragonfly doji dapat memberikan sinyal awal akan adanya bearish reversal (pembalikan ke bawah).

Ingat !!, untuk menentukan situasi bearish atau bullish memerlukan konfirmasi lebih lanjut sesudah pola dragonfly doji terbentuk.



Pola Dragonfly Doji



Pola Gravestone Doji

Long Legged Doji


Pola long legged doji, merupakan pola yang terbentuk jika mempunyai ekor atas dan bawah yang hampir sama panjang.

Pola doji ini mencerminkan terjadi banyaknya keputusan membeli ataupun menjual yang diambil dalam gerakan sesi trading dalam market.

Pola long legged doji yang terbentuk mengindikasikan bahwa nilai harga diperdagangkan setara ke atas dan ke bawah dengan sesi level pembukaannya, namun akhirnya nilai harga tersebut ditutup hampir sama dengan nilai harga pembukaannya.

Setelah sesi transaksi yang tarik menarik nilai harga, hasil akhir pada penutupan sesi, menunjukkan nilai harga penutupannya tidaklah jauh berbeda dari nilai harga pembukaannya.

Pola Long Legged Doji

Pola long legged doji, merupakan pola yang terbentuk jika mempunyai ekor atas dan bawah yang hampir sama panjang.

Pola doji ini mencerminkan terjadi banyaknya keputusan membeli ataupun menjual yang diambil dalam gerakan sesi trading dalam market.

Pola long legged doji yang terbentuk mengindikasikan bahwa nilai harga diperdagangkan setara ke atas dan ke bawah dengan sesi level pembukaannya, namun akhirnya nilai harga tersebut ditutup hampir sama dengan nilai harga pembukaannya.

Setelah sesi transaksi yang tarik menarik nilai harga, hasil akhir pada penutupan sesi, menunjukkan nilai harga penutupannya tidaklah jauh berbeda dari nilai harga pembukaannya.

Pola Long Legged Doji